Mengasah Naluri Bisnis
Ketika pulang dari kuliah di Amerika Serikat, Erwin Aksa menggenggam
optimisme tinggi. Ia sudah belajar banyak dari para usahawan Amerika
dan terutama di ruang kuliah. Tiba di Tanah Air, ia melontarkan banyak
ide kepada ayahnya, usahawan Aksa Mahmud. Aksa mendengarkan sambil
tersenyum. Lalu berkata perlahan, ”Semua idemu baik, tetapi selama
berapa tahun ini ikut saya saja lebih dulu.”
Erwin taat pada anjuran ayahnya. Bertahun-tahun ia mengikuti ayahnya.
Ia mempelajari bagaimana ayahnya mengambil keputusan berinvestasi atau
menjual perusahaan yang sudah matang. Ia belajar dari cara ayahnya
berunding dengan sesama pebisnis atau mengambil putusan penting pada
saat-saat krusial.
Dari hasil pembelajaran selama belasan tahun itu tercipta dalam benak
Erwin bagaimana mengawinkan teori di bangku kuliah, praktik di
lapangan, dan intuisi bisnis. Ia ingat betul ketika ayahnya menugaskan
dirinya menjual semen Bosowa, yang memproduksi 2,5 juta ton, belasan
tahun silam. Ia datang sendiri ke beberapa toko bangunan di Makassar.
Namun, jawaban para pengusaha sangat mengejutkannya, ”Oh, semen apa ini?
Wah, saya tak kenal, jangan dulu, deh.”
Erwin tidak patah arang. Ia datang dan datang lagi ke lebih banyak
toko bangunan. Bukan hanya di Makassar, ia juga ke kota-kota lain di
beberapa provinsi. Jawaban yang ia peroleh tidak banyak berbeda.
Akhirnya anak muda ini mengubah strategi. Ia menggunakan tenaga
profesional untuk seolah mencari semen Bosowa di pasar. Bahkan, mereka
memesan semen itu dalam jumlah signifikan. Akhirnya setelah sekian
bulan, strategi ini berhasil menanam pemahaman di benak para penjual
semen bahwa semen Bosowa diminati orang.
Pelan tetapi pasti, semen ini merebut pangsa pasar. Kini, Bosowa
ekspansi besar-besaran sehingga pada tahun 2014 nanti mampu memproduksi
semen hingga 12 juta ton. Per hari ini, produksi semen Bosowa mencapai
3,5 juta ton. Bersamaan dengan berkembangnya bisnis Bosowa, ia
dipercaya menjadi CEO Grup Bosowa.
Darah muda, spirit muda, dan upaya mengawinkan pendidikan di bangku
kuliah dengan intuisi bisnis membuat Erwin bergerak cepat. Aspek darah
muda dan penggabungan teori, praktik, dan intuisi bisnis ini juga
dialami para CEO muda di Indonesia, misalnya Luki Wanandi, Viktor
Hartono, dan Budiarsa Sastrawinata.
Luki Wanandi, misalnya, berani melakukan ekspansi ke beberapa jenis
usaha, di antaranya di industri komponen otomotif dan jasa. ”Sebelum
jadi CEO Grup Gemala dan Santini, saya dibesarkan di lapangan. Jangan
pernah berpikir ayah kami langsung memberi jabatan. Kami diplonco dulu
di lapangan,” ujar Luki Wanandi.
sumber : http://jpmi.or.id/2012/12/15/mengasah-naluri-bisnis/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar