Selasa, 24 Januari 2012 - 09:27 WIB
UTANG
dalam dunia bisnis menjadi sesuatu yang tidak terelakkan. Utang bisa menjadi
stimulus untuk mengembangkan bisnis pengusaha. Utang bisa juga menjerat
pengusaha kepada kebangkrutan.
Menurut
Heppy Trenggono, CEO United Balimuda Corp, berutang boleh-boleh saja untuk
pengembangan bisnis. “Utang itu bukan tidak boleh di dalam bisnis, boleh-boleh
saja sepanjang itu utang yang baik yang akan menjadi leverage (pengungkit)
untuk bisnis kita. Utang itu akan membuat bisnis kita lebih besar dan kita
lebih kaya dari sebelumnya,” jelas Heppy.
Namun,
lelaki kelahiran Batang, 29 November 1966 ini berpesan agar pebisnis tidak
sembarangan untuk berutang. Ia berharap, bagi pebisnis, lebih-lebih pebisnis
Muslim agar tidak berutang yang mengandung unsur riba. Sebab, riba tak akan
membawa kepada kesuksesan.
Pesan
yang Heppy sampaikan ini bukanlah asal bunyi. Ia sempat merasakan bisnisnya
bangkrut karena terlilit utang hingga Rp 62 miliar. Bisnis Heppy kembali
bangkit setelah ia meninggalkan riba. Bahkan, utang yang miliaran rupiah itu
berhasil ia lunasi.
“Spirit
riba itu adalah keserakahan, bukan memberi pertolongan. Karenanya tidak ada
keberkahan,” tegas lelaki yang juga menjabat Presiden Indonesian Islamic
Business Forum (IIBF) ini.
Heppy
bersyukur mengalami titik balik dari kenistaan menuju keberkahan. Sebagai tanda
syukur, ia gencar mengkampanyekan gerakan anti riba ke berbagai tempat. Selain
itu, kini Heppy juga gencar mengkampanyekan gerakan “Beli Indonesia”, sebuah
gerakan pembelaan terhadap produk-produk Indonesia.
Berikut
wawancara Heppy Trenggono dengan tim wartawan majalah Suara Hidayatullah.
Apa
yang Anda pahami tentang konsep bisnis Islam?
Bisnis islami, adalah sebuah semangat membangun ekonomi dengan meyakini sepenuhnya bahwa sukses hanya akan bisa diraih jika dalam membangun bisnis kita mengikuti perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Bisnis islami, adalah sebuah semangat membangun ekonomi dengan meyakini sepenuhnya bahwa sukses hanya akan bisa diraih jika dalam membangun bisnis kita mengikuti perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sejauhmana
penguasaan para pengusaha Muslim dalam pasar dunia Islam?
Ketika berbicara tentang pasar dan dihubungkan dengan nilai ke-islaman, di sana ada 3 jenis pasar. Pertama, pasar halal. Pasar halal adalah pasar yang menginginkan segala sesuatu yang halal, pasar ini menyerap transaksi sebesar US$ 2,1 triliun per tahun, dengan pertumbuhan US$ 500 miliar per tahun.
Ketika berbicara tentang pasar dan dihubungkan dengan nilai ke-islaman, di sana ada 3 jenis pasar. Pertama, pasar halal. Pasar halal adalah pasar yang menginginkan segala sesuatu yang halal, pasar ini menyerap transaksi sebesar US$ 2,1 triliun per tahun, dengan pertumbuhan US$ 500 miliar per tahun.
Kedua,
pasar Muslim. Pasar Muslim menyerap transaksi yang jauh lebih besar dari pasar
halal, dimana pasar Muslim adalah seluruh umat Islam baik yang menuntut
kehalalan maupun yang tidak. Jumlah umat Muslim di dunia 1.57 miliar orang dan
tumbuh 2.9 persen setiap tahun. Ketiga, pasar dunia. Adalah jumlah pasar
terbuka yang ada di dunia.
Penguasaan
pengusaha Muslim di Indonesia dan di seluruh dunia pada pasar halal hari ini
sangat kecil. Nestle adalah perusahaan yang paling besar menguasai pasar halal
di dunia dengan nilai transaksi sekitar US$ 5.32 miliar per tahun.
Itu
data tentang penguasaan pasar halal, apalagi berbicara tentang pasar Muslim dan
pasar dunia, pengusaha Muslim harus bangkit dan tampil secara nyata dalam
kancah ekonomi!
Kekayaan
alam yang berlimpah dan berpotensi menjadi kekuatan ekonomi dunia, mengapa
masih jauh tertinggal?
Saya melihat saat ini Indonesia tengah menghadapi dua persoalan besar. Pertama, lake of entrepreneurship. Atau Indonesia kekurangan wirausaha. Hal ini berkaitan dengan kurangnya mentalitas berwirausaha. Bagaimana mau membangun sektor swasta jika pemimpin kita tidak memiliki jiwa entrepreneurship. Nah, ini sebabnya pengusaha kita sangat sedikit.
Saya melihat saat ini Indonesia tengah menghadapi dua persoalan besar. Pertama, lake of entrepreneurship. Atau Indonesia kekurangan wirausaha. Hal ini berkaitan dengan kurangnya mentalitas berwirausaha. Bagaimana mau membangun sektor swasta jika pemimpin kita tidak memiliki jiwa entrepreneurship. Nah, ini sebabnya pengusaha kita sangat sedikit.
Kedua,
kita lemah dalam penguasaan pasar yang merupakan pasar kita sendiri. Di
Indonesia, sebelum free trade (pasar bebas) sudah dikuasai oleh asing. Tekstil,
farmasi 80 persen asing, dan teknologi 92 persen asing. Semua sektor dikuasai
asing.
Artinya,
masyarakat Indonesia tidak menggunakan produk yang diciptakan sendiri. Seluruh
konsep ekonomi tidak akan ada artinya kalau bangsa Indonesia tidak menggunakan
produknya sendiri.
Lihat
China, mereka luar biasa. Mereka menggunakan produknya sendiri. Seluruh bangsa
di dunia menggunakan dan membela produk dalam negeri. Indonesia baru berbicara
cinta, cintailah produk dalam negeri.
Bagaimana
dengan faktor kepemimpinan, apakah memiliki pengaruh juga?
Entrepreneurship dan leadership tidak bisa dipisahkan. Tanpa leadership tak akan muncul entrepreneurship. Pemimpin kita tak memiliki jiwa wirausaha. Pernah ada salah satu kabupaten di Indonesia yang mengikuti pameran internasional tentang bisnis di China.
Entrepreneurship dan leadership tidak bisa dipisahkan. Tanpa leadership tak akan muncul entrepreneurship. Pemimpin kita tak memiliki jiwa wirausaha. Pernah ada salah satu kabupaten di Indonesia yang mengikuti pameran internasional tentang bisnis di China.
Mereka
hanya menampilkan foto-foto bupati beserta wakilnya, bahkan ada yang saat naik
speedboat. Mereka sama sekali tidak memamerkan barang dagangan. Kenapa itu
terjadi? Karena mereka tak mempunyai konsep tentang entrepreneurship.
Mereka
tidak tahu kalau hidup ini adalah jualan. Makanya jangan heran meski negara
kita kaya dari sisi sumber daya alam, tapi tidak membuat kaya rakyatnya, malah
orang lain yang dibuat kaya.
Seberapa
penting penguasaan ekonomi dalam membangun peradaban Islam?
Kehidupan ini hakikatnya adalah percaturan ekonomi, jika kita tidak merdeka secara ekonomi kemungkinan besar kita tidak merdeka dalam kehidupan. Lihatlah betapa banyaknya negara Islam tersandera oleh kekuatan asing karena mereka tidak merdeka secara ekonomi.
Kehidupan ini hakikatnya adalah percaturan ekonomi, jika kita tidak merdeka secara ekonomi kemungkinan besar kita tidak merdeka dalam kehidupan. Lihatlah betapa banyaknya negara Islam tersandera oleh kekuatan asing karena mereka tidak merdeka secara ekonomi.
Anda
katakan bahwa Indonesia kekurangan pengusaha. Berapa idealnya jumlah pengusaha
di Indonesia?
Idealnya ya paling sedikit 2 persen dari jumlah penduduk. Lihat Singapura yang memiliki 9 persen , China 9 persen, Amerika Serikat 11 persen jumlah pengusahanya. Sekarang ini Indonesia baru memiliki pengusaha 0,18 persen.
Idealnya ya paling sedikit 2 persen dari jumlah penduduk. Lihat Singapura yang memiliki 9 persen , China 9 persen, Amerika Serikat 11 persen jumlah pengusahanya. Sekarang ini Indonesia baru memiliki pengusaha 0,18 persen.
Kita
masih berkutat pada persoalan, apakah kita negara maritim atau agraris. Anda
mau negara maritim mesti entrepreneurship, mau negara agraris mesti
entrerpreneurship, dan mau jadi negara teknologi mesti ada entrepreneurship.
Bisakah
kita mengurangi dominasi asing?
Bisa berawal dari asing yang masuk dulu atau dari kita (Indonesia) yang tidak benar. Ini kan tidak jelas. Selama ini kita berharap kepada pemegang otoritas, tolong dong dibendung impor. Kita punya beras, eh kita impor beras juga. Ya matilah petani-petani kita.
Bisa berawal dari asing yang masuk dulu atau dari kita (Indonesia) yang tidak benar. Ini kan tidak jelas. Selama ini kita berharap kepada pemegang otoritas, tolong dong dibendung impor. Kita punya beras, eh kita impor beras juga. Ya matilah petani-petani kita.
Asing
boleh ada di Indonesia, barang-barang asing boleh tetap dipasarkan di
Indonesia, tapi keputusan membeli tetap ada di tangan manusia Indonesia. Nah,
sekarang ini tugas kita bagaimana membangun sikap pembelaan.
Kalau
masyarakat sudah terbangun sikap pembelaan dan yang kita cari hanya produk
Indonesia, maka dengan sendirinya produk-produk Indonesia bakal bermunculan.
Ujung-ujungnya keuangan orang Indonesia akan segera kuat, keuangan dan
perekonomian pemerintah Indonesia akan kuat.
Apakah
konsep “Beli Indonesia” yang digagas IIBF sebagai upaya menggusur dominasi
asing?
“Beli Indonesia” adalah sebuah konsep untuk membangun karakter berupa jatidiri pembelaan terhadap produk Indonesia. Bangsa Indonesia harus sadar sebagai bangsa yang besar, sebagai bangsa bermartabat.
“Beli Indonesia” adalah sebuah konsep untuk membangun karakter berupa jatidiri pembelaan terhadap produk Indonesia. Bangsa Indonesia harus sadar sebagai bangsa yang besar, sebagai bangsa bermartabat.
Selanjutnya
kita harus menumbuhkan keyakinan bahwa Indonesia juga bisa besar. Singapura
bisa 300 miliar dolar ekspornya, kok Indonesia hanya 15o miliar dolar. Seharusnya,
Indonesia bisa 10 kali lipat jumlah ekspornya dibanding Singapura. Keyakinan
inilah yang harus dibangun.
Kita
harus optimis. Membangun karakter adalah membangun seseorang untuk melakukan
sesuatu.
Coba
kita lihat orang Yahudi. Di mana pun orang Yahudi berada pantangan bagi mereka
untuk membeli produk orang yang bukan Yahudi. Mereka memiliki karakter,
jatidiri dan pembelaannya sangat luar biasa. Karakter seperti inilah yang
hilang di Indonesia.
Kenapa
bukan “Beli Islam” saja?
Wajah Indonesia merupakan wajah Islam. Karena Indonesia adalah bangsa yang mayoritas berpenduduk Muslim. Hari ini umat Islam tidak menunjukkan karakternya. Karakter Muslim itu Rahmatan lil ‘alamin! Ini yang harus kita bangkitkan. Sebagai Muslim kita seharusnya memimpin negeri ini.
Wajah Indonesia merupakan wajah Islam. Karena Indonesia adalah bangsa yang mayoritas berpenduduk Muslim. Hari ini umat Islam tidak menunjukkan karakternya. Karakter Muslim itu Rahmatan lil ‘alamin! Ini yang harus kita bangkitkan. Sebagai Muslim kita seharusnya memimpin negeri ini.
Tapi
faktanya produk-produk asing itu lebih berkualitas bahkan lebih murah dari
produk Indonesia?
Kalau
karakter pembelaan terhadap produk Indonesia sudah terbangun, maka kita tidak
lagi berpikir untuk membeli produk orang lain, meski produknya lebih unggul
atau lebih murah dari produk kita.
Masalah
peningkatan kualitas produk, itu hanya pada persoalan proses saja. China saja
tidak langsung mampu menciptakan produk-produk berkualitas. Mereka butuh
puluhan tahun untuk perbaikan-perbaikan.
“Beli
Indonesia” buat saya bukan hanya sekadar membangun ekonomi, tetapi membangun
karakter unggul bangsa Indonesia.
Banyak
umat Islam yang tidak berpikir menjadi pengusaha, padahal Rasulullah dan para
sahabat sebagian besar adalah pengusaha. Apa penyebabnya?Paradigma bahwa orang
yang bertakwa adalah orang yang hanya di masjid merupakan paradigma yang harus
dikikis. Seolah-olah kalau takwa tidak kaya, kalau kaya pasti tidak takwa
adalah sebuah kekeliruan paradigma berpikir. Pertanyaan sesungguhnya,
mungkinkah kita kaya kalau tidak bertakwa?
Karakter
apa yang harus dimiliki seorang pebisnis?
Bisnis bukan sekadar ilmu ekonomi, namun lebih dari itu, bisnis adalah ilmu kehidupan. Dengan berbisnis seseorang dapat menempa dirinya menguasai ilmu-ilmu kehidupan. Menjadi pebisnis harus sabar, pebisnis yang tidak sabar dan hanya menggunakan nafsunya akan hancur.
Bisnis bukan sekadar ilmu ekonomi, namun lebih dari itu, bisnis adalah ilmu kehidupan. Dengan berbisnis seseorang dapat menempa dirinya menguasai ilmu-ilmu kehidupan. Menjadi pebisnis harus sabar, pebisnis yang tidak sabar dan hanya menggunakan nafsunya akan hancur.
Ulet,
tekun, bekerja keras, bersikap baik kepada orang lain dan karyawan, yakin, dan
sebagainya adalah sifat-sifat yang harus dimiliki oleh pebisnis dan merupakan
sifat unggul yang Allah sukai.
Calon
pengusaha Muslim kadang bingung untuk memulai bisnis. Bagaimana tips Anda untuk
memulai sebuah bisnis baru?
Think big, start small, grow fast! Berpikir besar, tetapi mulailah dari yang kecil. Membangun bisnis adalah membangun kompetensi, dan membangun kompetensi membutuhkan waktu. Semangat saja tidak cukup, kita harus sabar menjalani apa yang kita cita–citakan setahap demi setahap.
Think big, start small, grow fast! Berpikir besar, tetapi mulailah dari yang kecil. Membangun bisnis adalah membangun kompetensi, dan membangun kompetensi membutuhkan waktu. Semangat saja tidak cukup, kita harus sabar menjalani apa yang kita cita–citakan setahap demi setahap.
Wahyu
kepada Rasulullah diturunkan tidak sekaligus, demikian juga pemahaman tentang
bisnis tidak akan didapat dalam waktu sekejap. Untuk itu, mulailah dari yang
kecil, hindari berutang ketika baru memulai, jangan gunakan kartu kredit, dan
yang paling penting miliki mentor yang bersedia membimbing kita dalam menjalani
usaha, dan bergaullah dengan orang-orang yang telah sukses berbisnis.
Seperti
apa peran IIBF membina para pengusaha Muslim?
Strategi besar IIBF adalah menciptakan pengusaha yang pejuang sebanyak mungkin. Target awal kami yakni membidik para pengusaha besar yang telah bangkrut. Mereka kami bina, lalu nantinya para pengusaha itu yang akan membina calon pengusaha atau pengusaha-pengusaha kecil.
Strategi besar IIBF adalah menciptakan pengusaha yang pejuang sebanyak mungkin. Target awal kami yakni membidik para pengusaha besar yang telah bangkrut. Mereka kami bina, lalu nantinya para pengusaha itu yang akan membina calon pengusaha atau pengusaha-pengusaha kecil.
Ada
tiga bidikan kami. Pertama, para pengusaha yang sudah jadi. Kedua, para calon
pengusaha, yakni kami bina sejak mahasiswa ataupun saat mereka berusia SMA.
Ketiga adalah pemerintah.
IIBF
selalu menekankan agar pengusaha Muslim menghindari riba atau berutang dalam
berbisnis…
Riba
merupakan hal yang dilarang oleh Allah. Sebagai pengusaha Muslim tentu harus
menghindarinya. Riba menghilangkan keberkahan dalam berbisnis. Selain
menghindari riba, kita terapkan sedekah. Di dalam ekonomi riba itu seperti
jantung. Kalau ini tidak diberesi, maka yang lain rusak. Riba merupakan masalah
mentalitas. Makanya riba menjadi perhatian IIBF.
Tidak
ada di IIBF orang yang berbicara membenarkan riba. Orang yang bergabung di IIBF
merupakan orang-orang yang berhijrah. Mereka meyakini bila meninggalkan riba
merupakan salah satu kunci kesuksesan dalam berbisnis. Bahkan orang non-Muslim
yang bergabung di IIBF ikut meyakini.
Bukankah
pinjaman modal usaha (utang) itu bisa untuk mengembangkan bisnis?
Pinjaman usaha atau utang memang bisa mengembangkan bisnis, tapi bila tidak terkontrol bisa membangkrutkan usaha. Banyak pengusaha terjebak utang, bahkan terseret dalam kebangkrutan. Utang itu ilusi kekayaan. Mandeknya perekonomian Indonesia juga disebabkan karena utang.
Pinjaman usaha atau utang memang bisa mengembangkan bisnis, tapi bila tidak terkontrol bisa membangkrutkan usaha. Banyak pengusaha terjebak utang, bahkan terseret dalam kebangkrutan. Utang itu ilusi kekayaan. Mandeknya perekonomian Indonesia juga disebabkan karena utang.
Sekarang
ini mudah sekali seseorang untuk berutang. Lihatlah fenomena kartu kredit.
Ribuan orang di Indonesia itu terjerat kartu kredit. Bahkan ada ‘promotor’ yang
mengatakan utang itu merupakan kemuliaan. Hanya di Indonesia orang-orang begitu
mudah mendapat kartu kredit.
Bagaimana
jika berutang dengan sistem syariah?
Seharusnya dalam berbisnis pengusaha Muslim mematuhi nilai-nilai syariah, termasuk jika harus berutang. Ada tiga kesalahan besar pengusaha melihat bisnis syariah atau riba hari ini. Pertama, banyak pengusaha menganggap syariah itu sebagai sebuah pilihan. Kedua, pengusaha menganggap riba tidak bisa dihindari saat ini. Ketiga, kita akan komit meninggalkan riba jika bisnis kita sudah sukses.Lalu, bagaimana dengan pengusaha yang sudah terjerat utang riba ?
Seharusnya dalam berbisnis pengusaha Muslim mematuhi nilai-nilai syariah, termasuk jika harus berutang. Ada tiga kesalahan besar pengusaha melihat bisnis syariah atau riba hari ini. Pertama, banyak pengusaha menganggap syariah itu sebagai sebuah pilihan. Kedua, pengusaha menganggap riba tidak bisa dihindari saat ini. Ketiga, kita akan komit meninggalkan riba jika bisnis kita sudah sukses.Lalu, bagaimana dengan pengusaha yang sudah terjerat utang riba ?
Yang
pertama harus dilakukan adalah niat yang kuat untuk segera melunasinya. Orang
yang bersungguh-sungguh melunasi utang akan dimudahkan Allah. Bahkan akan
segera bangkit dengan kekayaan yang lebih berlimpah dari sebelumnya.
Selanjutnya,
ketika proses pelunasan utang itu, jangan sampai melupakan sedekah. Sedekah
bukanlah dari orang kaya kepada orang miskin, tetapi dari orang yang mau kepada
orang yang membutuhkan. Karena itu, al- Qur`an menggunakan istilah lapang dan
sempit untuk orang yang mau bersedekah dan menafkahkan harta. *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar